PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI BERBASIS E-LEARNING DI SMA/MA


Oleh :

LA TAHANG

La Tahang: Pengembangan Pembelajaran Sosiologi Berbasis E-Learning di SMA/MA

Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana syarat website ofline untuk pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 4 Kendari?, (2) Bagaimana ketersediaan faktor pendukung pembelajaran berbasis E-Learning di SMA Negeri 4 Kendari?, (3) Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut pandangan guru sosiologi di SMA Negeri  4 Kendari?, (4) Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut pandangan Pakar IT (reviewer), (5) Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut pandangan Pakar Pendidikan (reviewer )?

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning. Secara rinci  tujuan penelitian ini adalah : (1) Menghasilkan perangkat pembelajaran Sosiologi berbasis E-Learning untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 4 Kendari, (2). Mengetahui ketersediaan faktor pendukung pembelajaran berbasis E-Learning di SMA Negeri 4 Kendari, (3). Mendeskrifsikan kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut guru bidang studi Sosiologi SMA Negeri 4 Kendari, (4). Mendeskrifsikan kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut pandangan pakar IT, (5). Mendeskrifsikan kelayakan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan menurut pandangan pakar pendidikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian  pengembangan (Research & Develompment (R & D), yang melibatkan pakar IT, pakar pendidikan, dan guru bidang studi sosiologi. Langkah-langkan penelitian mengadopsi langka-langka penelitian pengembanagan oleh Borg & Gall. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dilengkapi dengan CD pembelajaran berbasis E-Learning.

Hasil penelitian ini menjelaskan, faktor pendukung perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning (web) di SMA  Negeri 4 sudah memadai, sedangkan perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang duhasilkan sangat layak digunakan dalam pembelajaran baik oleh guru bidang studi, pakar IT dan pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, (1) Perangkat pembelajaran harus berpusat pada isi materi, sederhana, tercerna, menu jelas, konsisten, akurat, unik, sesuai tujuan, dan mengakomodasi keragaman pengguna.(2) Ketersediaan faktor pendukung pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning di SMA Neg.4 Kendari sudah memadai. (3) guru sosiologi sebagai reviewer, memberi pandangan yang sama bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk pembelajaran di SMA Negeri 4 Kendari. (4) Pakar IT (reviewer) memberi tanggapan serta komentar  bahwa website ofline yang dihasilkan sudah memenuhi standar pembuatan website pembelajaran. (5) Tiga Pakar  pendidikan (reviewer) berkesimpulan bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak untuk digunakan untuk pembelajaran.

Pendahuluan

Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri sebagai konsekuensi perubahan kurikulum dan tantangan kedua datangnya dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan sangat pesat tanpa diimbangi perkembangan sumber daya manusia (SDM). Kontruksivisme pada dasarnya telah menjawab tantangan yang pertama dengan mendefinisi belajr sebagai proses kontruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi.

Pemanfaatan teknologi informasi dan kominakasi (TIK/ICT) dalam pembelajaran saat ini terus berkembang. Bahan belajar merupakan elemen penting dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis menjadi sangat penting.

Bahan ajar yang di rancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsi , bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yakni bahan prentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan ditinjau dari media ,bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, televisi, multimedia, dan E-Learning (website).

Kenyataan di SMA Negeri 4 Kendari menunjukkan bahwa guru masih dominan dan siswa resisten dengan kata lain guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah dirubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dan diskusi. Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa di SMA Negeri 4 Kendari merupakan salah satu sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), perlu melakukan perubahan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih kreatif, termotivasi, dan membangun kemandirian sebagai tuntutan RSBI menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

PEMBAHASAN

1. Hakikat Teknologi Pembelajaran

Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang terdapat di dalam situasi belajar yang memiliki tujuan dan disengaja. Definisi-definisi yang muncul hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan sebab tidak ada satu pun definisi yang lengkap. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang terdapat di dalam situasi balajar yang memiliki tujuan dan disengaja (Sudjana: 2001).

  1. Perkembangan Teknologi Pendidikan

Perkembangan dari berbagai metode pembelajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal seperti sekarang ini. Tampaknya konsep teknologi pendidikan merupakan gejala baru di dalam dunia pendidikan maupun latihan, namun sebenarnya konsep yang mendasarinya telah berkembang selama berabad-abad dari hasil pemikiran dan konsep-konsep pengajaran sebelumnya.

Menurut Sudjana (2001), makna metode pembelajaran adalah mengembangkan teknik-teknik penyampaian informasi dan mengontrol tingkah laku siswa. Hal ini tampak jelas pada sistem monitoring  Lancaster. Sistem pengajaran object teacheng yang dikembangkan oleh Pestalozzi  dan Froebel tidak semata-mata berarti dalam praktek pengajaran tetapi juga mengandung nilai teoritis dalam pengajaran. Berdasarkan hasil orientasi terhadap pelbagai pelopor pendidikan semenjak jaman sofisme sampai dengan perkembangan abad ke 18, tampak adanya konsep, teori dan metode pengajaran yang dapat dipandang sebagai pelopor teknologi pendidikan modern dewasa ini (Suparman, 2001:9).

3. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi  dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam  memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur  sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya  integrasi sosial  (Subakri, www.hariansumutpos.com).

Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu  dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan  tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan  analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk  mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, (Agus Santosa, http://agsasman3yk.wordpress.com)

Dilihat dari sudut pandang kegunaan sosiologi, di luar profesi yang telah disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu saja masih banyak profesi lain yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat

Karakteristik mata pelajaran sosiologi tersebut mempengaruhi strategi pembelajaran dan penyusunan silabus. Dengan sifat hierarkis, maka materi pembelajaran sosiologi perlu disusun secara logis dan sistematis sehingga materi prasyarat yang diperlukan dapat dimiliki sebelum siswa mempelajari materi tertentu. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran sosiologi hendaknya dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Melalui masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing dan diarahkan untuk memahami fakta, menguasai konsep dan prinsip sosiologi , serta menerapkan  dalam pemecahan masalah.

  1. 4. Konsep  E-Learning

Pengertian E-Learning sangat beragam yang mungkin satu sama lain berbeda, namun satu hal yang sama tentang E-Learning atau electronic learning adalah pembelajaran melalui jasa bantuan elektronik. Pada dasarnya E-Learning adalah pembelajaran yang merepresentasikan keseluruhan kategori pembelajaran yang berbasis teknologi. Sedangkan pembelajaran online atau juga pembelajaran berbasis website adalah bagian dari E-Learning. Namun seiring perkembangan teknologi dan terjadinya pergeseran conten dan adaptivity, saat ini definisi klasik E-Learning tersebut mengalami perubahan menjadi definisi yang lebih kontemporer, yakni suatu pengelolaan pembelajaran melalui media internet atau website yang meliputi aspek-aspek materi, evaluasi, interaksi, komunikasi dan kerjasama (www.ilmukomputer.org).

E-Learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis E-Learning (website), sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah system E-Learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian E-Learning atau berbasis website ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real time.

Selain itu juga dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System E-Learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun siswa bisa mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada siswa.

  1. 5. Upaya Penanggulangan Putus Sekolah

Penjabaran akan kepastian pemerintah dalam mengatur sistem pendidikan yang bermutu dan berkualitas sebagaimana yang dimaksud diatas dalam mengatasi masalah putus sekolah telah tertuang di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 memuat tentang pendidikan nonformal yang berbunyi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu lembaga pendidikan nonformal yang dibentuk dan dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat yang secara khusus berkonsentrasi pada usaha-usaha pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (komunitas tertentu) sesuai dengan kebutuhan komunitas tersebut.’’

6. Konsep  Website

Sering kita temui website yang tipikal “Welcome to my homepage,” animasi e-mail, background dengan tulisan miring (diagonal), animasi garis pembatas, tabel dengan border tigadimesi dan lain-lain. Hal ini terjadi akibat dari fasilitas template yang disediakan oleh software pembuat web seperti: Frontpage, Corel WebDesigner, flash palyer, java, sockwacer, adobe. Selain itu juga pertimbangan oleh desainer agar web yang desain  lebih baik dan lebih menarik, tidak berat di download.

Isi Website harus dalam bentuk HTML atau swf. Hyper Text Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman website dan menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah browser Internet. Bermula dari sebuah bahasa yang sebelumnya banyak digunakan di dunia penerbitan dan percetakan yang disebut dengan SGML (Standard Generalized Markup Language), HTML merupakan standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan halaman website. HTML saat ini merupakan standar Internet yang didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh World Wide Website Consortium (W3C). Hyper Text Markup Language (HTML) Menyiapkan segala informasi yang dibutuhkan

B.  Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (Research and Development). Seperti dijelaskan oleh Borg & Gall (1989:781) “ Research Educational is a process used to develop and validate educational products”. Secara konseptual, metode penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:784)

  1. 1. Langkah-langkah Pengembangan

Langkah-langkah pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini mengadopsi langkah pengembangan oleh Borg & Gall, sebagai berikut:

a)   Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;

b)  Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan desain dan perancangan e-learning yang dimulai dari memilih software yang akan digunakan sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan.

c)  Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yakni penentuan pola atau patron website yang sesaui dengan topik materi pokok Sosiologi, merangcang storyboard e-learning,  yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman pembuatan produk e-learning.

d)  Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah guru sosiologi minimal 3 – 6 orang. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara observasi atau kuesioner.

e)  Main product revision, yaitu melakukan perbaikan (jira ada) terhadap produk yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan guna memperoleh produk (model)  yang siap digunakan  lebih luas;

f)   Main field testing, Ini dimaksudkan ujicoba utama yang melibatkan pakar pendidikan.

g)   Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan (jika ada) terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi.

h)  Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan.

i)   Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);

j) Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan pada SMA Negeri 4 Kendari.

C.  Hasil dan Pembahasan

1. Syarat Pembuatan Website Offline

Syarat yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran  berbasis E-Learning, yaitu:

(a) Berpusat pada isi (content); content dari materi yang akan dikembangkan dalam rancangan E-Learning harus menjadi prioritas utama. Gambar yang ditampilkan dalam bentuk animasi GIF maupun GIF statis bukan sekedar untuk dekorasi, tetapi mengarah ke content utama.

(b) Kesederhanaan; desain E-Learning yang bagus lebih menunjukkan bentuk yang sederhana dan tidak penuh dengan dekorasi, yang hanya heading, gif animasi dan visual yang tidak diperlukan.

(c) Ketercernaan (legibility); perancang maupun pengembang E-Learning harus mengevaluasi sendiri apakah E-Learning yang dikembangkannya mudah dibaca dan contentnya secara keseluruhan mudah dipahami peserta didik.

(d) Kejelasan menu navigasi; navigator yang jelas membuat pengunjung mengetahui dalam konteks mana sedang beroperasi dan bagaimana mereka bisa terhubung materi yang diinginkan.

(e) Konsistensi; E-Learning yang ditampilkan secara keseluruhan memungkinkan pengguna familiar dengan “perilaku” menu navigator sehingga tidak membingungkan.

(f) Akurat; keefektifan metode pembelajaran kelas berbasis E-Learning menurun apabila pada menu tersebut masih banyak ditemukan kesalahan seperti link yang tidak jalan, navigator yang salah, atau image yang pecah dan tidak muncul.

(g) Unik; E-Learning yang mempunyai tampilan dan nuansa yang unik, memudahkan pengguna untuk melakukan identifikasi ketika mereka masuk atau meninggalkan domainnya.

(h) Kesesuaian; kesesuaian penampilan menu navigator dengan tujuan pembelajaran tiap halaman.

1.1. Langkah-langkah Pngembangan Website

Secara makro, pengembangan bahan ajar mencakup langkah-langkah analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Secara mikro, langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan topik, pembuatan peta materi, perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan referensi, penyusunan bahan, editing, upload, dan testing.

1.2. Penentuan sasaran

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di dalam kelas konvensional, sasaran telah sangat terstruktur, misalnya siswa kelas dua SMA semester pertama. Pernyataan tersebut telah mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam keseluruhan kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus dicantumkan secara spesifik.

1.3. Pemilihan topik

Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan, antara lain; materi sulit, penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.

1.4. Pembuatan peta materi

Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi. Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka dikembangkan bagian ranting-ranting.

1.5. Perumusan tujuan

Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan. Setiap ranting dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi besaran tujuan tersebut. Tujuan besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan yang spesifik (ranting).

1.6. Penyusunan alat evaluasi

Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah rumusan tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat  satu set alat evaluasi mengukur serangkai tujuan. Misalnya kita merumuskan tujuan ”mampu mengendari sepeda motor”, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembar observasi tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.

1.7. Pengumpulan referensi

Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi. Referensi digunakan untuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun pendapat. Referensi juga dapat memperkaya khasanah bahan belajar, sehingga pembaca yang menginginkan pendalaman materi yang dibahas dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca dapat dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.

1.8. Penyusunan bahan

Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan dapat dimulai. Penulisan bahan hendaklah konsisten dengan peta materi dan tujuan yang telah disusun. Secara umum struktur penulisan sekurang-kurangnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan. Pada pendahuluan kita harus sudah menyampaikan secara ringkas apa yang akan dibahas pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan secara gamblang seluruh materi. Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh. Untuk mengecek pemahaman, pada bagian ini dapat pula diberikan latihan-latihan. Pada bagaian penutup sampaikan kembali secara ringkas apa yang telah dibahas. Proses selanjutnya adalah editing, upload, dan testing.

1.9. Penutup

Dengan memanfaatkan internet, kita akan dengan sangat mudah memperoleh berbgai informasi dan bahan belajar yang kita perlukan. Sumber belajar pada dunia maya sangat kaya, selama kita memahami bahasanya, sumber belajar dari berbagai belahan dunia dapat kita peroleh. Dari mana bahan itu datang? Sesungguhnya, kita tidak akan mendapatkan apa-apa kalau tidak ada orang yang menyediakan bahan belajar tersebut di web. Oleh karena itu, pada dunia web, tidak baik kita hanya memposisikan diri sebagai konsumen.

2. Ketersediaan Perangkat Teknologi Informasi di SMA Negeri 4 Kendari dan   Pemanfaatan   ICT   untuk   Pembelajaran   Sosiologi   Berbasis E-Learning

Ketersediaan perangkat teknologi informasi di SMA Negeri 4 Kendari  seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel.4.1. Ketesediaan Faktor Pendukung di ICT di SMA Negeri 4 Kendari

No Pernyataan Jawaban
1 SMA Negeri 4 memiliki perangkat keras jaringan komputer yang memadai Cukup Memadai ( 70) unit Komputer siap pakai
2 SMA Negeri 4 Kendari  memiliki fasilitas Hot Spot Sangat Memadai karena Hot Spot dilepas secara bebas tanpa harus menggunkan IP khusus
3 Jaringan Komputer SMA Negeri 4 Kendari  terhubung internet dengan baik Sangat Memadai semua computer telah terhubung dengan siap pakai dengan menggunakan Speedy un limite
4 SMA Negeri 4 Kendari  memiliki bandwidth internet yang cukup untuk kepentingan e-learning Cukup memadai karena sudah dapat menampung data dan akses yang baik dengan bandwidth akses cepat
5 Ketersediaan fasilitas Laptop oleh guru-guru sudah memadai Memadai, karena di atas 90%  guru-guru SMA Negeri 4 Kendari telah memiliki Laptop pribadi.
6 Listerik 8800 W
  1. Hasil Tanggapan/komentar Guru Bidang Studi Sosiologi Terhadap Perangkat Pembelajaran berbasis E-Learning yang dihasilkan.

Dari 4 (empat) guru bidang studi sosiologi SMA Negeri 4 Kendari memberi tanggapan atau pendapat, bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak dijadikan sebagai perangkat  pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 4 Kendari.

3. Hasil Tanggapan/Komentar Pakar Pendidikan/IT terhadap Perangkat Pembelajaran Sosiologi Berbasis E-Learning yang Dihasilkan.

  1. c. Pakar IT  (uji terbatas), dari 2 (dua)  memberi tanggapan dan saran tentang pembuatan bahan ajar berbasis E-Learning , secara umum Bahan ajar sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan telah memenuhi standar penggunaan IT ( Desain Jelas, Software mudah, dan animasi ringan). Dengan demikian maka website offline yang dihasilkan untuk pembelajaran sudah memenuhi standar web pembelajaran.
  2. Pakar pendidikan (reviewer 1) memberi kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sudah sangat layak digunakan sebagai bahan ajar.
  3. Pakar Pendidikan (reviewer 2) dari sudut pandang managemen pendidikan memberi kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning sangat layak digunakan untuk pembelajaran sosiologi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran sosiologi. Disarankan dalam mencapai hasil belajar yang baik tidak lepas dari manajemen sekolah dan kualitas guru yang di dalamnya termasuk bahan ajar.
  4. Pakar pendidikan (reviewer 3) ditinjau dari sudut pandang manajemet pendidikan. Secara umum perangkat pembelajaran berbsis sosiologi E-Learning yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk pembelajaran. Namun tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi dengan manajemen sekolah dan professional guru.

B. Pembahasan

Dari hasil di atas terungkap bahwa secara umum faktor pendukung pengembangan dan pemanfaatan pembelajaran berbasis E-Learning sudah memadai ini terlihat dari ketersediaan fasilitas teknologi informasi serta dukungan pimpinan sekolah, namun tidak dibarengi dengan kemampuan guru bidang studi sosiologi khususnya masih kurang untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Oleh karena itu diperlukan perhatian guru sosiologi khususnya dan semua guru SMA Negeri 4  pada umumnya serta dukungan kebijakan sekolah untuk memberi kesempatan kepada guru sosiologi mengikuti training perancangan dan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran.

Hal ini dapat dipahami karena masih banyak guru yang memberikan pembelajaran secara konvensional, yang belum memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, terlebih lebih lagi SMA Negeri 4 merupakan salah satu sekolah yang masuk Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Kendari yang harus memanfaatkan teknologi ICT dalam menunjang pembelajaran selain Bahasa Inggris.

Setelah peneliti melakukan presentasi umum bahan pembelajaran sosiologi berbasis E-Lening di hadapan guru-guru dan pimpinan SMA Negeri 4 Kendari, secara spontan pimpinan sekolah dalam hal ini Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum merespon dan memasukkan kegiatan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran berbasis E-Learning dalam agenda rutin SMA Negeri 4 Kendari (Kegiatan rutin RSBI).

Dari uraian di atas (ketersediaan fasilaitas pendukung dan pandangan guru bidang studi sosiologi) tentang perangkat pembelajaran berbasis E-Learning sangat layak digunakan untuk pembelajaran. Hal ini  sesuai dengan konsep belajar menurut pandangan konstruktivisme dan Behaviorisme, yakni perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Selain itu, pembelajaran berbasis E-Learning sangat relevan dengan karakteristik pembelajaran sosiologi yakni pembelajaran Sosiologi guru harus mengarahkan peserta didik  agar dapat memanfaatkan lingkungan di sekitarnya menjadi sumber belajar  baginya. Disamping itu laboratorium sosiologi yang sesungguhnya adalah  terjun ke masyarakat, karena kajian utama dalam sosiologi adalah ilmu  pengetahuan tentang kemasyarakatan. Dengan memanfaatkan lingkungan atau menggunakan media yang dapat memanipulasi kondisi kejadian sesungguhnya.

Hasil yang diperoleh dari pakar IT dan pakar pendidikan, memberi hasil yang sangat memuaskan yaitu; Baik pakar IT maupun Pakar Pendidikan memberi kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk pembelajaran. Namun disarankan kepada pemakai (pihak sekolah) agar dalam melakukan proses pembelajaran sebaiknya otonomi pendidikan tidak dipandang sebagai otonomi daerah tapi otonomi manajemen sekolah dan otonomi professional.

Pandangan dari tiga (reviewer) pakar pendidikan di atas sejalan dengan teori Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Sedangkan Gagne (1988) www.ilmukomputer.org, (30 Mei 2009) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.

Prinsip pembelajaran berbasis E-Learning yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan KTSP menurut Muhammad Zainal Abidin (22 Nov 2009 http://meetabied.wordpress.com)

  1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
  2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
  3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
  4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
  5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
  6. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
  7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

D.  Penutup

1.   Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat di sisimpulkan sebagai berikut :

1. Membuat E-Learning (website) harus memenuhi beberapa syarat yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran  sosiologi berbasis berbasis E-Learning, yaitu: berpusat pada isi materi (content), sederhana (simple), tercerna oleh pelajar (legible), menu navigator yang jelas, konsisten, akurat, unik, sesuai dengan tujuan halaman, dan mengakomodasi keragaman pengguna.

2. Ketersediaan faktor  pendukung pengembangan dan pemanfaatan pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning di SMA Negeri 4 Kendari sudah memadai.

3.  Dari 4 (empat) guru sosiologi sebagai reviewer, memberi pandangan yang sama bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk pembelajaran di SMA Negeri 4 Kendari.

4.  Pakar IT (reviewer) memberi tanggapan serta komentar  bahwa website ofline yang dihasilkan sudah memenuhi standar pembuatan website pembelajaran.

5. Tiga Pakar  pendidikan (reviewer) berkesimpulan bahwa perangkat pembelajaran sosiologi berbasis E-Learning yang dihasilkan sangat layak untuk digunakan untuk pembelajaran..

DAFTAR PUSTAKA

Borg, W, & Gall, M., 1989, Educational Research, (Fifth edition) Logman New York & Londo.

Muhammad Zainal Abidin, 2009.  Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis Kompetensi http://meetabied.wordpress.com22 Nov 2009.

Nana Sudjana, Achmada Rivai, 2001, Teknologi Pengajaran, Bandung,  Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Romi Satria Wahono 2009. Pengantar E-Learning dan Pengembangannya located  www.ilmukomputer.org

Sudarman, 2001, Pengembangan Paket Pembelajaran Berbantuan Komputer Materi Luas dan keliling Segitiga pada Kelas V Sekolah Dasar, Malang : PPS UM edisi VI

Suharyanto, 2007. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan No. 1, th IX, http//jurnaljpi.wordpress.com

Sugandi, 2003. Teori Pembelajaran, Unes Perss Wonosobo

Suharyanto,2007. ELearning Sebagai Model Pembelajaran Mandiri dengan Pendekatan. Kooperatif dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi, http//smkn3-kuningan.net.

Leave a comment